Kegiatan menulis seringkali menjadi momok bagi kebanyakan orang. Begitu ringan memang dalam melafalkan kata ‘menulis’, tetapi untuk konsisten dalam menulis perlu semangat dan tekad yang kuat. Mengenai definsi menulis, MacArthur (2007:2) mengatakan “Writing is a powerful tool for getting thing done and a language skill to convey knowledge and information”. Menulis adalah alat paling baik untuk menyampaikan ide dan gagasan seseorang. Menulis merupakan keterampilan berbahasa untuk menyampaikan gagasan dan informasi.

Pertanyaannya, pernahkan Anda merasa seperti menyerah dalam menulis? Atau Anda pernah merasakan telah bekerja berjam-jam untuk menyelesaikan satu artikel untuk diposting hanya untuk mendapatkan satu comment? Atau yang lebih menyakitkan ketika tulisan sudah setengah jadi, tetapi hilang fokus dan buyar. Kita sama! Saya pun mengalami hal yang sama.
Penulis hebat yang puluhan bahkan ratusan tulisannya, pasti pernah mengalami kendala-kenadal di atas. Namun perbedaanya, mereka berhasil mengendalikan diri sehingga seolah tidak pernah pengalami kendala-kendala tersebut.

Salah satu tips yang bisa digunakan agar tetap semangat untuk menulis adalah mengetahui tujuan menulis dan manfaat yang akan didapatkan. Hal ini saya sajikan dalam 5 alasan kenapa harus menulis:
Oleh:
Ahmad Hamdani




Sebuah Pendahuluan
Tujuh puluh tahun sudah Indonesia dinyatakan sebagai negara yang merdeka. Hiruk pikuk, pahit manis kehidupan masyarakat mewarnai negeri ini. Jika diibaratkan sebagai usia manusia, tujuh puluh tahun merupakan masa dimana seseorang akan menuai hasil dari kerja kerasnya. Masa dimana segala kesusahan sudah terlewati dan berganti dengan kenikmatan. Namun, bagaimana dengan bangsa kita? Hingga saat ini, Indonesia masih menyisakan beragam masalah kependudukan. Belenggu kemiskinan, masih berada pada kubangan keterbelakangan, hingga dilabeli sebagai negara korup. Kemiskinan, keterbelakangan, dan citra negara korup ibarat paket lengkap yang cukup untuk mendeskripsikan keterpurukan Indonesia. Ketiga hal tersebut sejatinya bukan lagi masalah lokal, melainkan sudah menjadi fenomena nasional yang mempengaruhi kehidupan berbangsa dan bernegara.
Begitu banyak teori yang menyebutkan penduduk sebagai salah satu faktor strategis dalam mendukung pembangunan nasional. Teori-teori tersebut sungguh telah mencerminkan bahwa penduduk adalah subyek dan obyek pembangunan. Posisi penduduk sebagai subyek adalah dalam rangka menjadi mesin penggerak pembangunan, oleh karena itu penduduk harus dibina dan ditingkatkan kualitasnya. Adapun posisi penduduk sebagai obyek, artinya pembangunan harus dapat dinikmati oleh masyarakat. Dengan demikian, pembangunan harus diperhitungkan dengan seksama dan memperhatikan kemampuan penduduk, sehingga masyarakat mampu berpartisipasi secara aktif.
Diberdayakan oleh Blogger.